Thursday, September 11, 2008

oleh oleh dari simposium the 6th AFA - tersadar tidak sengaja

Setelah beberapa hari jakarta bandung jakarta, untuk mengikuti pameran AFA(k), eheu. tau tau ikutan simposium, salah satu pembicaranya ibu Obin, yaaa ada sih pembicara lainnya ada Kenji Sato juga. o, terus ada pembicara satu lagi tapi ehueee.. gak penting!

Setelah sesi pertanyaan,muncul pertanyaan2 yg agaknya sedikit melenceng dari segi idealis jiwa seniman, tapi agaknya sedikit realistis kalau di lihat dari sudut berpikir logis. Pertanyaan ini dari salah satu peserta Indonesia, teman kita Caroline Rika, tentang bagaimana cara seniman bisa bertahan hidup dan pertanyaan seputar market barang seni khususnya seni serat. Yah sudah lah ya bukan pertanyaanny yg penting, namun jawabannya.. inti pertanyaannya, “gimana supaya karya kita laku?” gini katanya bu obin; (kita gak usah muna atau sok sok naif lah ya kalo kita gak prlu uang- eh itu kata gua bukan bu Obin-eheu). Kata bu Obin beneran; (saya coba masukkan dengan caption2 atau keywordnya saja ya, selanjutnya biar imaginasi setiap orang saja yg menalar).

Pertama, toleransi, tidak hanya punya idealisme, namun tidak berarti menjual diri juga.

Kedua, tetap kreatif, namun menyesuaikan dengan keinginan pemesan

Ketiga, mati oleh pemahanan yg lemah atas dirisendiri

Keempat, kerja sama dengan kebutuhan lingkungan.

Kira kira begitu yg bisa saya bagi, selanjutnya anda punya iamginasi masing masing dan saya juga punya imaginasi masing2, biarkan imaginasi itu kita lihat pada karya2 kita selanjutnya, saya bukan penganalisa suatu artikel atau pengkritik satu pernyataan, namun saya coba membagi apa yang ada pada pemikiran seorang Josephine Komara sebagai salah satu referensi, toh referensi datang dari mana saja kan, apalagi inspiriasi.. ok ok.. sampai jumpa nanti dengan karya2 kita nanti, semangka!!!

No comments:

Post a Comment